WDD Pipeline Project - Phase II - Hamzah Maulana

Post Top Ad

WDD Pipeline Project - Phase II

WDD Pipeline Project - Phase II

Share This
Lanjutan dari tulisan sebelumnya WDD Pipeline Project - Phase I

Phase II project ini dimulai dari percabangan pipa di depan WDD portal. Yang pertama adalah jalur ke sungai untuk emergency flow ke sungai, dan yang kedua adalah jalur utama lebih dari 5 km hingga ke Mill. Default-nya aliran fluida akan menuju ke jalur utama.

Inti dari project ini substansinya sama yaitu konstruksi 2 jalur pipa 24" HDPE. Namun medan yang dihadapi cukup beragam. Secara umum WDD Phase II ini dibagi menjadi 2 area. Area pertama adalah dari WDD portal (lanjutan dari phase I) menuju ke Aghawagon portal dengan jarak kurang lebih  3 km. Sisanya adalah lagi-lagi melalui jalur underground hingga berakhir di Mill.


Area I

Konstruksi area I bukan perkara gampang mengingat jalur yang dilalui adalah HEAT Road (Heavy Equipment Access Trail). Inilah jalur yang sangat vital bagi tambang terbuka perusahaan ini. Area surface mine yang area pendukungnya berada pada eleveasi 3700 mdpl ke atas seolah terpisah dengan area mill yang berada pada elevasi sekitar 2700 mdpl. Tebing nyaris verikal seolah memisahkan dua area tersebut dan mustahil dibuat jalan. Oleh karena itu satu-satunya transportasi yang memungkinkan dari area mill ke surface mine adalah tram. Maka dibuatlah jalan yang menghubungkan dua area penting yang memutar jauh melalui sisi lain dari gugusan tebing terjal tersebut. Dikutip dari wikipedia "The winding road to Grasberg, the H.E.A.T. (Heavy Equipment Access Trail), was estimated to require $12 million to $15 million to be built. An Indonesian road-builder who had contributed to the Ertsberg road took a bulldozer and drove it downhill sketching the path. The road cost just $2 million when completed." HEAT Road sangat vital bagi perusahaan ini, namun di sisi lain juga memiliki masalah klasik yaitu longsor pada beberapa titiknya terkait struktur batuan penyusunnya. Secara topografi HEAT Road sungguh menantang. Alignment vertikal maupun horizontalnya sangat menantang. 


HEAT Road adalah jalan berkelok di sebelah kiri (gambar diambil dari http://www.mining.com/grasberg-could-stay-shut-for-two-months-after-indonesia-calls-for-halt-47771/)
back to the project...

Memasang jalur pipa sebesar 2 x 24" bukan perkara mudah untuk topografi seperti itu. Bisa dikalkulasi beban dari pipa itu sendiri ditambah fluida yang akan mengalir. Oleh karena itu tantangan utama di area ini adalah pipe support. Konsepnya adalah jalur pipa akan selalu berada di tepi jalan untuk memudahkan maintenance. Sebelum benar-benar dikonstruksi beberapa kali perubahan desain pernah dilakukan. Hingga pada akhirnya beberapa jenis pipe support yang difinalkan sebagai berikut:
  • Jenis pertama adalah ketika jalur pipa berada di tepi jalan di sisi jurang. Dibuat semacam counter weight yang terbuat dari concrete dengan dimensi yang tidak bisa dibilang kecil sebagai hasil dari kalkulasi beban pipa dan fluidanya tersebut. Benda tersebut sudah dilengkapi dengan semacam pengait dari baja dan nantinya pipa HDPE akan digantung dengan rantai. Total ribuan counter weight harus kami fabrikasi dan ribuan meter kubik concrete diperlukan untuk mendukung project ini. Satu tim civil khusus didedikasikan di shop untuk menyelesaikan pipe support ini, sementara satu tim lagi spesialis di lapangan untuk pemasangan.
  • Saat jalur pipa berada pada tepi jalan di sisi tebing, maka akan dibuat pipe support yang tertancap ke dinding tebing. Metodenya adalah menggunakan thread bar yang akan dipasang secara horizontal yang akan dikombinasikan dengan baja profil yang telah difabrikasi sedemikian rupa untuk menopang pipa. Untuk pekerjaan drilling dan instalasinya dikerjakan oleh tim dari Surface Mine.
  • Beberapa perkecualian dari 2 hal di atas yaitu adanya jalur pipa yang sedikit melenceng dari jalan karena ia akan diturunkan mengikuti lereng untuk memperpendek jalur dan jalur pipa yang menyebrang jalan dengan precast trench. Untuk pekerjaan terakhir yang saya sebutkan pelaksanannya sangat krusial mengingat betapa vitalnya HEAT Road.
Yang tak kalah penting adalah adanya 3 buat water tank lengkap dengan utilitas pendukungnya yang memiliki beberapa fungsi. Terakhir adalah instrument dan electric untuk mendukung automatic system serta utilitas pendukung. Di awal jalur utama tersebut akan dipasang pneumatic valve dan dimungkinkan untuk secara otomatis melalui sinyal yang dikirimkan dari pressure dan level sensor di beberapa titik. Valve tersebut tertutup dalam kondisi tertentu sesuai dengan skenario kontrol di dalam desain sehingga air akan otomatis dilarikan ke sungai.

Sangat banyak tantangan di dalam project ini yang tentu tidak bisa saya bahas di dalam forum ini secara detail. Terlibat di dalam project besar ini sungguh menjadi pengalaman berharga.





Area II

Meskipun berada di underground, tapi area ini relatif lebih mudah dibandingkan area I. Area ini juga berbeda dengan area phase I yang jauh dari mana-mana karena dekat dengan tambang bawah tanah dan merupakan akses alternatif yang seringkali ramai sehingga infrastruktur dan fasilitas pendukung lebih tersedia.

Dari Aghawagon portal, jalur pipa akan dinaikkan dan sepanjang sekitar 2 km akan terus digantung di drift. Pipa HDPE akan digantung menggunakan clamp dengan tumpuan hanger dari baja profil yang didukung oleh thread bar yang sebelumnya sudah 'ditancapkan' pada dinding atas terowongan oleh tim konstruksi UG.

Scope pekerjaan tim konstruksi kami hanyalah finalisasi pipe support, splicing pipa HDPE 24" dan instalasinya, serta pekerjaan manifold di ujung jalur pipa. Nyaris tidak menemui kendala berarti dan yang terpenting adalah bisa selesai finish to finish dengan Area I untuk kemudian dilakukan commissioning. Eksekutor konstruksi untuk Area I dan Area II memang tim berbeda.



Commissioning

Sebelum sampai pada tahap wet commissioning tentu saja beberapa tahapan sebelumnya harus dilalui misalnya pengetesan oleh QA/QC mulai dari  pengencangan baut pada flange sesuai dengan standard yang digunakan hingga cable sequence di disiplin instrumentasi. Selanjutnya adalah dry commissioning-individual testing misalnya dengan mensimulasikan pressure dan level sensor bekerja dan memastikan pengiriman sinyal berfungsi sehingga pneumatic valve di WDD portal dapat tertutup secara otomatis.

Setelah tahapan di atas selanjutnya adalah wet commissioning. Tahap ini memerlukan kerjasama dari banyak pihak misalnya hydrology sebagai stakeholder yang sangat berkepentingan dan pihak Mill untuk memantau penerimaan debit air, tim UG dan Surface Mine sebagai pemilik area, konstruksi untuk stand by jika terjadi sesuatu di luar rencana maka mereka akan langsung melakukan perbaikan, juga tentu saja HSE dan Environment. Proses pembukaan valve (di reservoir tank) dilakukan secara manual dan bertahap setiap interval 25%. Leakage testing juga baru bisa dilakukan pada tahap karena pada tahap ini pula lah inilah untuk pertama kalinya fluida berupa air tersebut akan mengalir melalui seluruh jalur pipa sepanjang 7 km yang baru selesai dikonstruksi.

Tim commissioning terbagi menjadi beberapa bagian dan ditempatkan di beberapa titik penting misalnya reservoir tank, WDD portal, setiap tank, beberapa titik di jalur Area II, manifold di ujung jalur pipa, dan tentu saja monitoring di mill.

Air mengalir sampai jauh...


-Hz-
Desember 2013

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages