Inilah kota yang menjad kawah candradimuka di awal karirku di
bidang EPC. Meskipun secara geografis tidak besar, tapi kelengkapan
fasilitasnya membuat julukan sebagai sebuah kota layak disematkan. Apa kabar
Batu Hijau Townsite?
Aku pertama kali tiba di kota ini di suatu siang yang panas usai
menyelesaikan urusan admnistrasi di kantor T & D Department di townsite.
Dengan mobil bertipe SUV seorang petugas mengantarkan kami ke tempat ini dengan
kesunyian luar biasa. Entah kenapa aku bersama seorang geolog dan
mahasiswa di dalamnya diam seribu bahasa sepanjang perjalanan. Penyebab
pertama adalah karena sang pengantar kami memasang muka tidak bersahabat.
Penyebab kedua tentu saja adalah rasa heran kami menjelajah PAR (Primary
Access Road) dengan pemandangan 4
jalur pipa di sisi kanan, tebing di kana-kiri jalan, dan lewatnya berbagai
kendaraan operasional perusahaan tambang asal Amerika ini. Penyebab berikutnya
belum terdefinisi.
Memasuki townsite, mata kami semakin jelalatan menyaksikan infrastruktur sederhana namun modern dan tentu saja
fungsional. Model rumah seperti ini sebelumnya lebih sering kami lihat di
film-film Hollywood. Rupanya sang petugas baru buka suara ketika kami
memasuki townsite. Ia menunjukkan kepada kami tempat makan yang bisa kami
akses 3 x sehari. Sebelumnya ketika melewati sekolah, playground, dan supermarket ia lebih banyak mengeluarkan sepatah dua patah kata. Hingga
akhirnya tibalah kami di Camp Office untuk urusan administrasi dan mengambil kunci
kamar.
Aku memperoleh kamar di sebuah barrack di lantai 2.
Bertahun-tahun menjadi anak kos dengan ekonomi menengah ke bawah membuatku
merasa kamar itu + fasilitas penunjang di townsite adalah fasilitas mewah.
Setidaknya fasilitas berupa AC, kamar mandi air panas, maka sepuasnya dengan
menu lengkap, hingga perpustakaan adalah kemewahan tak terkira. Setidaknya
dinamisme kehidupan kembali bergerak. Naik kelas :)
Malam pertama di townsite kami bertiga masih terlalu disibukkan
dengan acara janjian untuk makan bersama (dan ke masjid). Setidaknya di meja
makan kami tidak bengong seribu bahasa. Selain itu berbelanja beberapa
kebutuhan pokok di supermarket juga kami lakukan.
Hari-bari berikutnya menjadi jauh lebih menarik ketika rekan
yang kini menjadi istriku datang untuk bergabung. Ia memperoleh kamar yang
lebih baik (maklum barrack khusus wanita), bangunan kayu besar di tepi
hutan. Setidaknya dari sisi banguna lebih elok dipandang mata dan lokasinya
yang sangat asri. Tetapi minusnya adalah banyknya kawanan monyet yang sering
berkeliaran bahkan kadang bersikap agresif.
Hari-hari di townsite seolah berjalan begitu cepat. Kami harus
berangkat ke area Concentrating atau MMA (Mine Maintenance Area) dengan bus
pukul 06:30. Itu artinya jika ditarik mundur maka kami harus selesai sarapan
setidaknya pukul 06:15 kemudian berjalan kaki ke terminal dan setidaknya
bernafas sebentar sebelum naik bus. Itu artinya paling lambat kami harus
sarapan pukul 06:00. Jadi jadwal harianku adalah bangun pagi pukul 04:30
dilanjutkan mandi kemudian ke masjid yang jaraknya kurang lebih 300 meter untuk
shalat subuh dan langsung menuju messhall untuk sarapan.
Pulang dari kantor sekitar pukul 17:30 kebanyakan orang akan
langsung makan kemudian masuk kamar dan tidak keluar hingga keesokan paginya,
Tapi kami lebih memilih untuk menikmati sebisa mungkin fasilitas townsite. Jadi
tiba di townsite aku langsung ke kamar untuk mandi. Selanjutnya aku (kami)
sering berjala-jalan keliling townsite kemudian baru ke masjid dilanjutkan
makan malam. Di waktu senggang di malam hari kami sering berlama-lama di
perpustakaan atau warung internet townsite.
Suatu hari seorang rekan kerja di Project Development Dept.
mengajak kami untuk menikmati pesta barbeque di Basai Ate, sebuah restoran di
ujung selatan townsite berdekatan dengan lapangan golf. Sudah tentu kami norak
bukan main melahap daging lembut nan lezat itu.
Setiap akhir pekan kami keluar townsite untuk mengesplore lebih
jauh keindahan pulau ini. Cerita ini akan kusajikan di tulisan terpisah. Keindahan
pantai disini tentu saja sangat istimewa dan tidak bisa didiamkan bergitu saja.
Itu sebabnya kKolam renang di townsite juga baru kami 'cicipi' beberapa bulan
setelah tiba di tempat ini.
Batu Hijau Townsite,
Januari 20xx
No comments:
Post a Comment